5 Tips Menyikapi Sibling Rivalry Ketika Usia Dewasa

Sibling rivalry adalah perasaan cemburu, persaingan, dan pertengkaran antara saudara kandung. Hal ini biasanya terjadi pada keluarga dengan dua anak atau lebih. Sibling rivalry tidak selalu berakhir di masa kanak-kanak. Ketika beranjak dewasa, muncul fenomena umum dimana saudara kandung berjuang untuk rukun, mengalami perdebatan, bahkan merasa asing satu sama lain. 

Di sisi lain, pandemi akibat virus Covid-19 ternyata juga berdampak pada hubungan dalam keluarga. Masalah sibling rivalry yang tampak muncul di tengah pandemi di antaranya:

  • Bentrokan antara saudara kandung yang menolak untuk menerapkan protokol kesehatan saat mengunjungi orang tua
  • Tidak akan mengunjungi orang tua yang kesepian dan terisolasi karena takut terinfeksi/menginfeksi
  • Pertengkaran tentang apakah aman untuk melakukan aktivitas atau bersosialisasi di luar rumah
  • Berhadapan dengan saudara kandung yang menyangkal adanya virus

Lantas, bagaimana menyikapi sibling rivalry bagi orang dewasa?

Berikut 5 tips yang dapat kita terapkan, baik di tengah kondisi pandemi maupun kondisi lainnya:

Menyadari bahwa masing-masing anak memiliki hubungan yang berbeda dengan orang tua

Renungkan tentang apa yang sebenarnya kita perdebatkan. Dapatkah kita menemukan cara untuk saling menghormati terkait keyakinan Covid-19 tanpa mengorbankan hubungan keluarga? Meskipun ada perbedaan, kita dapat mencoba berdiskusi untuk mempertahankan hubungan keluarga.

Mengakui bahwa persaingan mungkin didorong oleh perasaan dan reaksi tidak aman masa kanak-kanak

Jika saudara kandung tidak bisa melupakan masa lalu, cobalah bagikan perspektif tentang bagaimana perasaan kita selama bertumbuh bersama selaku saudara. 

Memvalidasi jenis hubungan yang ingin dimiliki saat ini

Tegaskan nilai hubungan satu sama lain. Tetapkan dan pertahankan batasan yang jelas agar tidak terseret kembali ke pola tidak sehat. Validasi juga stres dan kekhawatiran masing-masing terkait pandemi. Pastikan kita tidak memproyeksikan perasaan kepada orang lain dengan berasumsi bahwa mereka merasakan apa yang kita rasakan.

Saling mendengarkan dan memahami kekhawatiran antar saudara

Dengarkan keprihatinan mereka dengan tidak memposisikan diri sebagai kakak yang superior atau adik yang tak berdaya. Cobalah untuk memahami apa yang mereka pikirkan dan rasakan dari sudut pandang orang dewasa.

Mengobservasi faktor situasional yang mempengaruhi perilaku mereka dan perilaku kita sendiri

Mungkin mereka memiliki masalah dengan keluarga kecilnya atau khawatir tentang masalah keuangan. Bahkan perilaku orang tua atau situasi eksternal bisa berdampak buruk pada hubungan antar saudara. Tetapi, sebagai orang dewasa, kita memiliki lebih banyak kekuatan untuk mengelola tekanan daripada ketika masih kanak-kanak.

Berinvestasi dalam komunikasi dan hubungan dengan saudara kemungkinan besar akan lebih bermanfaat daripada terus-menerus terjebak sibling rivalry. Semoga beberapa tips di atas bermanfaat ya, Fellas!

 

Ditulis oleh: Hana Humaira Mukhtar

Diedit oleh: Qurrota Aini

Sumber:

Cassill, Mary McNaughton. (2021). Sibling Rivalry: It’s Not Just for Kids. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/mental-health-matters/202104/sibling-rivalry-its-not-just-kids

Scott, Elizabeth. (2021). How to Handle the Stress of Adult Sibling Rivalry. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/how-to-handle-the-stress-of-adult-sibling-rivalry-3144976#:~:text=Reasons%20for%20Adult%20Sibling%20Rivalry&text=Parental%20favoritism%20is%20often%20cited,the%20rest%20of%20the%20family.  

White, Suzanne Degges. (2016). 6 Steps for Dealing With Adult Sibling Rivalry. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/lifetime-connections/201609/6-steps-dealing-adult-sibling-rivalry

 

Write a comment