Beberapa hari lalu jagat media sosial viral oleh sebuah video yang berisi mengenai seorang perempuan membawa anjing memasuki masjid. Di video tersebut terlihat seorang perempuan meletakkan anjingnya di masjid lalu memarahi petugas disana. Ia berteriak dan mendorong pengurus masjid karena suaminya akan menikah di masjid tersebut. Sontak kejadian ini membuat heboh warga yang sedang beribadah dan juga masyarakat luas karena disebarluaskan melalui video ke internet.
Setelah diusut oleh pihak kepolisian, wanita tersebut mengalami skizofrenia tipe paranoid. Hal ini diungkapkan oleh seorang dokter di RS Polri yang juga pernah menangani SM di salah satu RSJ daerah Bogor.
Lalu, apa sih skizofrenia paranoid itu? Mari kita kenalan lebih jauh.
Skizofrenia adalah gangguan jiwa kronis yang mempengaruhi perilaku, pikiran, serta perasaan seseorang. Dalam skizofrenia terbagi menjadi 4 tipe: paranoid, katatonik, tidak terdiferensiasi, tidak terorganisasi, dan residual. Dalam kasus ini, wanita tersebut mengalami skizofrenia paranoid.
Skizofrenia paranoid adalah gangguan skizofrenia dengan gejala dasar yang positif termasuk di dalamnya halusinasi dan delusi. Mereka yang mengalami skizofrenia paranoid akan mengalami pelemahan fungsi batas antara realita dan khayalan sehingga sulit untuk menjalani hidup dengan kooperatif.
Paranoid yang muncul pada skizofrenia tipe ini berasal dari pikiran yang terus diyakini oleh penderitanya meskipun ada bukti bahwa hal tersebut bertentangan. Selain itu mereka juga mengalami fase halusinasi dimana mereka mendengar suara dari dalam pikiran atau melihat hal yang tidak nyata. Halusinasi tersebut bisa berasal dari pengalaman traumatik seperti penganiayaan, pengkhianatan, atau ancaman. Akibatnya, suara atau penglihatan yang muncul bisa memunculkan perilaku yang seharusnya tidak dilakukan.
Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), sebutan untuk pasien skizofrenia, harus menjalani terapi obat-obatan. Penanganan ini dilakukan di rumah sakit jiwa melalui rawat inap, jika fase skizofrenia masih aktif. Saat pasien sudah jauh lebih kooperatif, pengobatan tetap harus dilakukan melalui sistem rawat jalan. Nantinya pasien akan diberikan obat antipsikotik untuk mengontrol halusinasi dan delusi yang mereka alami sehingga bisa lebih kooperatif dalam menjalani kehidupan.
Bukan tidak mungkin ODGJ tidak bisa pulih. Dengan terapi obat-obatan yang diberikan psikiater, meminum obat yang diberikan secara rutin, serta dukungan keluarga, pasien ODGJ bisa beraktivitas dengan kooperatif. Tentu akan ada masa dimana pasien atau keluarga lelah dengan terapi obat yang prosesnya cukup panjang. Tidak sedikit mereka mengalami putus obat yang akhirnya membuat pasien kembali kambuh. Jika sudah begitu, mau tidak mau pasien harus kembali dirujuk ke RSJ agar mendapat perawatan dari ahlinya dan kembali kooperatif seperti sebelumnya.
Ditulis oleh: Fathin Nibras
Sumber:
Cagliostro, D. (2019, May 14). Paranoid Schizophrenia. Retrieved from: https://www.psycom.net/paranoid-schizophrenia
Dwinanada, R. (2019, July 3). Dokter: Tersangka SM Harus Diterapi agar Bisa Pulih. retrieved from: https://nasional.republika.co.id/berita/pu2bsz414/dokter-tersangka-sm-harus-diterapi-agar-bisa-pulih