Apa Dampak Self Diagnose Bagi Kesehatan Mental Kita?

Di zaman sekarang ini kecanggihan teknologi sudah tidak bisa diragukan lagi ya, Alpas Fellas. Kita bisa mencari dan menemukan informasi apapun dalam hitungan menit bahkan detik. Baiknya, pengetahuan mengenai ‘kesehatan mental’ menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat karena sudah banyak website yang menyediakan platform mengenai kesmen. Namun, di sisi lain hal ini bisa mengakibatkan self diagnose apabila tanpa disertai adanya kebijakan dalam diri kita.

Self diagnose adalah proses mendiagnosis diri terhadap kondisi mental dengan memperhatikan gejala-gejala yang biasanya didapat dari berbagai sumber. Tentunya, hal tersebut bisa membahayakan karena proses mendiagnosis diri sendiri tersebut tidak didampingi oleh ahli seperti dokter, psikolog, dan psikiater. Berikut ada beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang perlu dipertimbangkan dan bagaimana diagnosis diri bisa membahayakan.

Seperti contoh, seseorang dengan mood swing atau perubahan suasana hati sering mengira dirinya memiliki gangguan bipolar atau depresi mania. Padahal, suasana hati adalah gejala yang juga dapat menjadi bagian dari skema klinis yang berbeda. Misalnya gangguan kepribadian borderline dan depresi mayor menjadi dua contoh diagnosis lainnya. Disinilah letak petingnya peran ahli seperti psikolog atau psikiater dalam melihat dinamika psikologis seseorang. Mereka mampu membedakan apakah seseorang yang mengalami perubahan suasana hati masih masuk dalam tahap yang wajar atau tidak. Para psikolog dan psikiater juga memperhatikan berapa lama perubahan yang dirasakan oleh klien sehingga dapat memberikan diagnosis yang tepat. Diagnosis tersebut tidak dapat dilakukan sendiri tanpa adanya ahli karena berpotensi menimbulkan bahaya.

Bahaya lain dari diagnosis diri dalam sindrom psikologis adalah seseorang mungkin melewatkan penyakit medis yang menyamar menjadi sindrom kejiwaan. Misalnya, jika seseorang mengira bahwa ia memiliki gangguan panik, ia mungkin melewatkan kemungkinan diagnosis penyakit hipertiroidisme.  Atau detak jantung yang tidak teratur, mungkin saja bisa menimbulkan gejala yang mirip dengan gangguan panik. Jadi, jika menganggap sedang mengalami depresi dan mengobatinya tanpa peran ahli, kita mungkin dapat melewatkan sindrom medis. 

Kemudian, jika kamu merasa apa yang terjadi lebih parah dari apa yang sebenarnya terjadi, tentu ini akan membuat keliru. Self diagnose juga menjadi masalah ketika kita mengalami penolakan terhadap gejala gejala medis yang kita miliki. 

Kita adalah orang yang paling mengerti keadaan diri kita sendiri. Namun kadang kita juga membutuhkan bantuan orang lain untuk berkaca melihat diri lebih dalam. Dalam hal ini, mendapatkan pertolongan psikologis ke orang yang tepat adalah jawabannya.

 

Ditulis oleh: Alfira Mentari

Pillay, S. (2010). The Dangers of Self Diagnosis; How self diagnosis can lead you down the wrong path. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/debunking-myths-the-mind/201005/the-dangers-self-diagnosis

Write a comment