Acara yang diselenggarakan oleh Alpas pada Sabtu, 13 April 2019 bertajuk “Chronicare” adalah ajang meet up untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman seputar kesehatan mental yang dialami oleh caregiver dari penyintas penyakit kronis. Bertempat di Innovation Room Kemnaker, tema dari kegiatan ini adalah membahas kesehatan caregiver dari penyintas penyakit kronis.
Menurut Lavinia Celina Rahmawati, Partnership Manager of Alpas, alasan diangkatnya tema tersebut salah satunya adalah untuk memperingati Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada tanggal 7 April lalu. “Kita coba menghubungkan apa yang bisa kita bahas baik dari kesehatan secara fisik dan kesehatan mental. Hari Kesehatan Dunia ini memang membahas kesehatan secara luas, tapi kita bisa lihat yang paling tertekan adalah orang-orang yang mengidap penyakit kronis. Orang-orang ini tentu tidak bisa sendiri dan membutuhkan caregiver. Nah, darisanalah kita memutuskan untuk lebih membahas bagaimana sih kesehatan mental dari caregiver,” jelas Lavi.
Acara Chronicare dimeriahkan oleh dua narasumber dan dihadiri beberapa komunitas seperti La Storia C, MPATI (Masyarakat Peduli Autisme Indonesia), dan CIMSA (Center for Indonesian Medical Students’ Activities).
Acara ini memiliki dua sesi dimana sesi pertama adalah sharing bersama narasumber lalu setelahnya dilanjutkan dengan sesi Forum Group Discussion. Pada sesi kedua peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk saling sharing serta berdiskusi terkait kesehatan mental baik pada caregiver maupun pada survivor-warrior dan treatment yang tepat untuk menghadapi warrior.
Bersama Nathania Kusuma, selaku Friendship Manager of Alpas, ia menjelaskan tentang apa itu kesehatan mental secara general dan yang seringkali dialami oleh caregiver. Caregiver ternyata memiliki potensi tanda-tanda depresi dan stres yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan caregiver. Namun, tetap ada cara-cara yang bisa dilakukan agar caregiver bisa terhindar dari hal tersebut. Salah satunya dengan tetap memiliki support system, menjaga diri agar tetap sehat baik secara fisik dan mental, juga tetap beraktivitas lain yang bisa menyalurkan emosi.
Selain dari Alpas, sharing juga diisi oleh Angeline Dina yang merupakan cancer survivor sekaligus caregiver dari sahabatnya sendiri. Angel juga aktif di komunitas sosial yang dekat dengan dunia caregiver seperti La Storia C, Indonesia Cancer Care Community (ICCC), dan Orang Tua Pengidap Kawasaki Indonesia (POPKI). Karena sebelumnya Angel pernah merasakan menjadi seorang survivor, menurutnya hal itu jugalah yang membuatnya ingin membantu teman-teman yang memiliki cerita yang sama dengannya. Kesamaan cerita hidup pun menjadi nilai plus sehingga ia bisa dapat lebih memotivasi teman-temannya untuk menumbuhkan semangat hidup.
Menurut Angel, salah satu narasumber Chronicare, dan Ica, anggota La Storia C, menjadi seorang caregiver bukanlah pekerjaan mudah. Caregiver harus mampu melakukan manajemen emosi dengan baik. Hal ini tak lepas dari tanggung jawab untuk memenuhi kemauan dan kebutuhan pasien serta menjaga perasaan mereka. Untuk seorang caregiver biasanya mendapat penolakan dari warrior karena dianggap tidak merasakan penderitaan mereka. Oleh karena itu diperlukan pengalaman yang banyak saat berhadapan dengan warriors dan disarankan untuk lebih sering mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan penyakit kronis.
Tidak jarang caregiver memiliki kecemasan dan hal itu perlu diperhatikan. Menurutnya, caregiver tidak bisa mengurus seorang pasien seorang diri. Seringkali caregiver pun akan merasa jenuh, ditambah apabila pasien yang tengah dirawatnya sedang dalam kondisi yang kurang baik. Pengetahuan tentang penyakit yang dialami pun menjadi hal yang perlu diperhatikan agar bisa lebih kritis terhadap penanganan dokter maupun rumah sakit. Karena itu sangat penting untuk merencanakan siapa dan kapan bisa merawat seseorang, ditambah apabila caregiver tersebut memiliki pekerjaan lain. Seorang caregiver pun sesekali tetap harus memiliki waktu sendiri agar bisa lebih rileks.
“Saya merasa menjadi caregiver adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Apalagi dengan aktivitas ini, kedekatan dengan pasien, yang merupakan sahabat saya sendiri, menjadi lebih dekat dan terbuka karena tidak semua orang bisa terbuka,” ungkap Angel.
Lain halnya jika seorang caregiver memiliki peran ganda sebagai survivor. Selain dituntut untuk mendampingi pasien lain, mereka juga dituntut untuk menjaga diri mereka sendiri. Mereka juga harus mampu mengatasi kecemasan mereka saat akan menjalani pemeriksaan kesehatan. Untuk itu, caregiver memerlukan bantuan orang lain ketika melakukan pendampingan agar beban yang ditanggung lebih mudah.
Menurut Intan, anggota komunitas MPATI yang menjadi salah satu peserta Chronicare, “Meskipun komunitas yang saya ikuti tidak ada kaitannya dengan masalah kanker, Chronicare memberi pengalaman dan edukasi kepada saya mengenai kesehatan mental pada caregiver dan bagaimana menjadi caregiver yang baik.”
“Meet Up by Alpas merupakan salah satu kegiatan bulanan untuk berkumpul bersama komunitas yang memiliki kesamaan di bidang tertentu. Klik disini untuk mengetahui mengetahui Meet Up apa saja yang telah dilakukan oleh Alpas.”
Reporter: Aulia Firmundia & Nurul Izzatur Ramadhani
Editor: Fathin Nibras