Alpas Fellas, apakah kalian pernah merasa terperangkap dalam pikiran sendiri? Rasanya ingin berhenti memikirkan sesuatu hal, tapi otak kalian seperti terus menerus menyuruh kalian untuk memikirkan hal tersebut. Mungkin sebagian besar dari kita pernah mengalami hal ini. Nah, mari baca artikel ini sampai habis mengenai penjelasan ruminasi!
Setiap orang dalam hidupnya kemungkinan pernah merasa terobsesi dengan suatu pikiran. Perbedaan antara memikirkan sesuatu dan ruminasi terletak pada hasil akhir. Contohnya, ketika kalian memikirkan tentang suatu masalah agar dapat menemukan jalan keluar dari masalah tersebut, itu bukan merupakan ruminasi. Tapi ketika kalian memikirkan hal tersebut dan tidak memiliki solusi serta tidak memiliki kontrol atas pikiran kalian, bisa jadi kalian mengalami ruminasi.
Ruminasi adalah kondisi dimana seseorang memikirkan sesuatu masalah tanpa henti. Pemikiran ini pada umumnya disertai dengan perasaan tidak mampu, sehingga akan meningkatkan rasa cemas seseorang.
Lalu, emang apa buruknya sih ruminasi? Bukannya bagus ya kita jadi bisa berpikir dan berefleksi? Seperti kata filsuf terkenal, saya berpikir maka saya ada. Seseorang melakukan kegiatan berpikir itu baik. Tapi ruminasi bisa menimbulkan masalah karena biasanya tidak menawarkan solusi atau bagaimana cara memecahkan suatu masalah.
Ruminasi membuat seseorang merasa buruk dan membuatnya lelah secara emosional. Orang yang mengalami ini seperti terpenjara dalam pikirannya sendiri.
Fungsi otak memainkan peran penting dalam ruminasi. Jaringan saraf yang terdapat di otak akan membuat koneksi antar hal. Sehingga ketika kita memikirkan suatu kejadian, ingatan lain yang berhubungan dengan hal tersebut akan ikut muncul.
Ruminasi sering dikaitkan dengan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering melakukan ruminasi lebih mungkin untuk mengalami depresi dibandingkan yang tidak. Hal ini berlaku sebaliknya, penelitian lain menemukan bahwa mahasiswa yang mengalami depresi dan gangguan kecemasan lebih mungkin untuk melakukan ruminasi.
Tapi, tenang aja Alpas Fellas, ruminasi ini dapat dicegah kok. Terdapat beberapa cara untuk mencegah kita merenung dan berpikir terlalu banyak.
Salah satunya adalah dengan mempraktikkan mindfulness.
Cara ini bisa diterapkan dengan memfokuskan perhatian kita terhadap apa yang sedang dialami sekarang; bukan ke masa depan, apalagi masa lalu.
Yang kedua, kalian bisa menyortir dan mengatur pola pikir.
Tanyakan pada diri kalian, apakah pikiran-pikiran tersebut didasarkan realitas atau hanya kekhawatiran yang berlebihan? Apakah dengan memikirkan hal tersebut dapat membantu masalah kalian atau malah membuat stres? Dengan begitu kalian bisa memutuskan apakah hal tersebut perlu atau tidak untuk dipikirkan.
Nah, terakhir nih, Alpas Fellas, kalau kalian merasa ruminasi mengganggu keberfungsian kalian sehari-hari jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ya!
Ditulis oleh: Alya Salsabiila
Sumber:
- Stanger, M., Laderer, A., Rauch, J., & Kirst, S. (2019, May 23). Rumination: How Obsessive Thinking Impacts Depression and Anxiety. Retrieved from https://www.talkspace.com/blog/what-is-rumination
- Wehrenberg, M. (2016, April 20). Rumination: A Problem in Anxiety and Depression. Retrieved February 21, 2019, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/depression-management-techniques/201604/rumination-problem-in-anxiety-and-depression