Alpas Fellas, pernahkah kalian merasa gugup, khawatir, dan sesak napas secara tiba-tiba? Jika iya, bisa jadi kamu mengalami serangan panik, atau kecemasan. Keduanya memang memiliki gejala yang mirip, namun sebenarnya mereka adalah dua hal yang berbeda. Kebanyakan profesional kesehatan pun seringkali menyebutkan kedua kondisi itu secara bergantian.
Nah, untuk menjawab rasa penasaran kalian, kali ini Alpas akan membahas tentang perbedaan antara serangan kecemasan dan panik, serta gejala pada dua kondisi tersebut.
Serangan Kecemasan
Serangan kecemasan dikaitkan dengan gangguan kecemasan, trauma, gangguan obsesif kompulsif, fobia, dan stres. Serangan kecemasan terjadi karena merasakan ancaman dan memiliki pemicu yang jelas, seperti fobia. Kondisi ini juga dapat dipicu oleh faktor lingkungan, pengaruh obat-obatan, dan konsumsi alkohol atau kafein.
Serangan kecemasan memiliki gejala yang lebih parah daripada kecemasan umum. Meski serangan kecemasan bukanlah kondisi medis seperti yang diakui DSM V, kondisi ini ditandai dengan:
- Gangguan tidur
- Sulit berkonsentrasi
- Lelah
- Gelisah
- Emosi tidak stabil (iritabilitas)
- Merasa sangat terluka
- Otot tegang
- Jantung berdebar
- Sesak nafas
- Pusing
Gejala kecemasan dapat bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Serangan kecemasan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama, bahkan hingga berbulan-bulan. Terkadang, kondisi ini adalah awal dari serangan panik. Namun, serangan kecemasan tidak selalu menjadi penanda seseorang mengalami gangguan kecemasan.
Meski dapat menyerang siapapun, wanita lebih cenderung mengalami serangan kecemasan atau panik dibandingkan pria.
Serangan Panik
Serangan panik seringkali dikaitkan dengan rasa cemas, takut, atau khawatir berlebih. Serangan panik adalah istilah yang digunakan dalam DSM V untuk menggambarkan kondisi terkait gangguan panik. Berbeda dengan serangan kecemasan, panic attack datang secara tiba-tiba tanpa pemicu yang jelas. Meski begitu, serangan panik dapat terjadi akibat gangguan mental ataupun tidak memiliki gangguan sama sekali.
Menurut DSM V, serangan panik ditandai oleh empat atau lebih gejala berikut:
- Jantung berdebar
- Sesak nafas
- Keringat berlebih
- Gemetar
- Menggigil
- Nyeri dada
- Kram perut
- Mual
- Sakit kepala atau pusing
- Takut kehilangan kendali
- Merasa tidak nyata (derealisasi/depersonalisasi)
- Mati rasa atau kesemutan
Umumnya, serangan panik berlangsung sekitar 5 – 10 menit. Selama itu terjadi, respon tubuh akan lebih intens dan sensitif dibanding saat mengalami serangan kecemasan.
Namun, beberapa serangan panik dapat terjadi secara berturut-turut sehingga durasinya terlihat lebih lama. Gejala yang paling signifikan adalah adanya perasaan terancam, hingga membuat mereka histeris. Setelah serangan itu terjadi, banyak orang yang merasa stres, khawatir, atau terkekang selama sisa hari itu.
Serangan panik dapat menyerang siapa saja, terutama orang yang mengalami peristiwa traumatis.
Jika kondisi ini muncul, jangan ragu untuk mendapatkan pertolongan psikolog atau psikiater agar mendapat penanganan yang tepat.
Ditulis oleh: Nurul Izzatur R
Referensi:
Ankrom, Sheryl. (2019). Anxiety attacks vs. panic attacks, diakses dari https://www.verywellmind.com/anxiety-attacks-versus-panic-attacks-2584396
Drugs. (2019). What is the difference between a panic attack and an anxiety attack?, diakses dari https://www.drugs.com/medical-answers/difference-between-panic-attack-anxiety-attack-3504046/
Leonard, Jayne. (2018). How do you know if you’re having a panic or anxiety attack?, diakses dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/321798.php