Pasangan yang Lama Bersama Akan Terlihat Mirip, Benarkah?

Alpas Fellas, pernah denger gak sih kalau ciri pasangan yang berjodoh itu salah satunya bisa dilihat dari wajahnya yang serupa? Nah, ternyata beberapa ahli psikologi telah menjelaskan hasil studinya. Penelitian tentang ini pertama kali dilakukan oleh Robert Zajonc (1987), psikolog dari University of Michigan.

Telah bersama selama bertahun-tahun

Ia menjelaskan alasannya dikarenakan pasangan telah saling memandang dan berempati bersama selama bertahun-tahun, meniru, dan mencerminkan apa yang dilihat. Pasangan jangka panjang juga memiliki fungsi ginjal, kadar kolesterol, dan kekuatan cengkeraman yang sangat mirip. Robert juga menyimpulkan bahwa wajah pasangan menjadi lebih mirip saat berlanjut ke pernikahan.

Namun, laporan ilmiah Tea-Makorn dan Kosinski (2020), mereka tidak menemukan bukti bahwa pasangan terlihat lebih mirip seiring berjalannya waktu. Penampilan wajah, minat, kepribadian, kecerdasan, sikap, nilai, dan kesejahteraan bisa menunjukkan kesamaan awal tetapi tidak bisa menyatu seiring berjalannya waktu.

Ada proses kimia yang tidak terlihat

Beberapa penelitian lain membuktikan, pada pernikahan jangka panjang, pasangan akan menunjukan kemiripan satu sama lain secara fisik dan fisiologis. Hal ini dikarenakan terjadi proses kimia yang tidak terlihat yang dapat menghubungkan pasangan yang saling peduli. Kondisi lain juga menunjukan, pasangan yang jantungnya berdetak secara bersamaan, akan merasa lebih dekat dan lebih stabil.

Studi lainnya juga menjelaskan bahwa emosi negatif dapat berdampak pada detak jantung. Selama mengalami emosi negatif seperti marah, frustrasi, atau kecemasan, detak jantung menjadi lebih tidak menentu dan tidak teratur. Hal ini menunjukkan kurangnya sinkronisasi antara saraf parasimpatis dan saraf simpatik dari sistem saraf otonom (Autonomic Nervous System). Kemudian, studi lain menemukan bahwa pasangan yang berkonflik tinggi cenderung memiliki arteri karotis yang lebih tebal.

Kendati demikian, emosi positif bisa dirasakan secara fisik, bahkan dapat berfungsi sebagai sumber kekuatan untuk penyembuhan. Ketika seseorang memproyeksikan perasaan positif, seperti rasa peduli atau perhatian terhadap pasangannya, akan menghasilkan perubahan yang terukur pada hati si penerima. Perasaan yang baik dapat dirasakan dan menyebar dari orang-orang yang saling terhubung. Studi lain menemukan tingkat oksitosin pengantin wanita, pria, kerabat dekat, dan tamu lainnya akan meningkat saat acara pernikahan.

Dari pembahasan diatas kita bisa memaknai bahwa koneksi dalam pernikahan bukan hanya metafora. Ketika orang-orang berbagi emosi dan ruang, mereka mulai terikat dan mengubah satu sama lain. Bukan hanya tentang kesepakatan sosial, pernikahan juga mengubah hidup dua orang menjadi satu, baik dalam penampilan, tindakan, maupun identitas. Penelitian tentang ini masih terus dilakukan oleh para ahli. Semoga tulisan ini bisa menambah pengetahuanmu, ya, Fellas!

 

Ditulis oleh: Hana Humaira Mukhtar

Diedit oleh: Nani Yuliani

Sumber:

Tea-makorn, Pin Pin. & Kosinski, Michal. (2020). Spouses’ Faces are Similar but Do Not Become More Similar with Time. Scientific Reports 10 Article No.17001. Retrieved from: https://www.nature.com/articles/s41598-020-73971-8

Whiting, Jason. (2021). Why Couples Often Start to Look and Sound Alike. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/love-lies-and-conflict/202105/why-couples-often-start-look-and-sound-alike

Write a comment