Saat ini seluruh belahan dunia mengalami pandemik Coronavirus atau yang dikenal dengan Covid19. Akibatnya tidak sedikit orang-orang yang melakukan panic buying. Kondisi ini terjadi lebih dulu di luar negeri yang akhirnya terjadi juga di Indonesia. Masker, hand sanitizer, hingga keperluan harian seperti makanan menjadi sasarannya. Semakin bertambahnya jumlah korban yang terinfeksi coronavirus, semakin banyak orang yang panic buying.
Panic buying terjadi untuk mengatasi ketidakpastian dan telah ada sejak 1918. Saat itu terjadi flu Spanyol dan orang-orang di Baltimore menyerbu toko obat untuk mencegah atau meredakan gejala flu yang muncul. Kejadian ini kembali muncul saat SARS 2003.
“Respon yang ekstrem muncul karena orang merasa kelangsungan hidup mereka terancam dan perlu melakukan sesuatu untuk mengontrol hidupnya.” Ungkap Karestan Koenen, profesor epidemiologi psikiatrik di Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan.
Panic buying berdampak pada banyak hal baik dari segi ekonomi, finansial seseorang, hingga psikologis.
Mulai dari terjadinya pembelanjaan yang tidak terencana. Kondisi yang tidak pasti membuat orang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak perlu atau malah membeli dengan sangat banyak. Selain menyebabkan stok menipis, keadaan ini membuat orang yang benar-benar membutuhkan tidak mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan. Contohnya produk masker bedah bagi para tenaga kesehatan yang sedang bertugas di rumah sakit. Banyak masyarakat yang memborong masker. Kenyataannya masker hanya dibutuhkan bagi mereka yang sedang sakit, berkunjung ke rumah sakit, atau bekerja sebagai tenaga kerja kesehatan. Bagi mereka yang sehat, cukup melakukan menjaga jarak dengan orang lain, mencuci tangan dengan sabun, dan mengganti baju setelah bepergian.
Selain menyebabkan langkanya barang-barang yang menjadi kebutuhan saat ini, panic buying menyebabkan financial stress terutama bagi yang menggunakan kartu kredit. Hal ini disebabkan karena adanya pembelanjaan tidak terencana dan membuat dana tabungan atau dana darurat menjadi terganggu.
Tentunya menenangkan diri dari panic buying tidak semudah membuat tulisan. Saat ada orang lain yang melakukan pembelian yang banyak untuk stok di rumah, terkadang kita jadi ikut panik.
Menenangkan diri dengan melihat berita yang positif atau hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga diri bisa jadi pilihan yang tepat. Membatasi dari mengakses berita yang berkaitan dengan coronavirus juga berpengaruh lho, Fellas, agar kita jadi lebih tenang. Mengkonsumsi makanan yang sehat, banyak minum air putih, dan istirahat yang cukup bisa mengurangi tingkat kecemasan yang saat ini dirasakan banyak orang.
Membeli barang-barang yang dibutuhkan tentu boleh saja. Jika pembelian yang dilakukan sudah berlebihan dan menyebabkan orang lain yang lebih membutuhkan tidak mendapatkannya, mungkin kita harus berkaca diri. Apakah yang kita lakukan sudah tepat?
Di saat seperti ini jangan lupa untuk tetap tenang ya, Fellas. 🙂
Ditulis oleh: Fathin Nibras
Sumber:
Altstedter, A & Hong, J. (March 11, 2020). Why rational people are panic buying as coronavirus spreads. Retrieved from: https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/11/why-rational-people-are-panic-buying-as-coronavirus-spreads.html
Amy Mckeever, A. (March 17, 2020). Coronavirus is spreading panic. Here’s the science behind why. Retrieved from: https://www.nationalgeographic.com/history/reference/modern-history/why-we-evolved-to-feel-panic-anxiety/
Utpal Dholakia Ph.D. (Mar 16, 2020). How Panic Buying Affects Our Personal Finances. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-science-behind-behavior/202003/how-panic-buying-affects-our-personal-finances