Familiarkah Fellas dengan istilah imposter syndrome? Tahukah Fellas, bahwa sindrom merasa diri kurang kompeten tersebut secara spesifik dirasakan juga oleh para ibu. Di tengah pengasuhan yang intensif saat ini, budaya kritik kita nampaknya mendorong para ibu untuk merasa seperti penipu. Padahal, kenyataannya mereka adalah ibu yang kompeten dan luar biasa.
Apa itu mompostor syndrome?
Pada dasarnya, ibu dengan sindrom ini secara objektif merupakan individu yang sukses. Namun, mereka percaya bahwa mereka bukanlah ibu yang baik. Mereka percaya bahwa mereka memiliki banyak kekurangan dibandingkan ibu lainnya. Meskipun anaknya terlihat tumbuh dengan baik, bagi mompostor hal itu terjadi bukan karena mereka ibu yang kompeten.
Mompostor merasa bahwa ia bukanlah ibu yang cukup baik
Tak dapat dipungkiri, mengasuh anak merupakan tugas yang tak mudah. Kesalahan kecil seakan haram hukumnya. Seringkali, orang lain memberitahu orang tua tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam mengasuh anak. ‘Kesempurnaan’ menjadi standar dalam pola asuh yang benar. Hal ini membuat orangtua, terutama para ibu, memiliki tingkat stres yang tinggi. Akhirnya, banyak orang tua yang mengalami fenomena impostor tersebut.
“Saya tidak cukup baik”. “Saya tidak bisa menjadi ibu yang baik”. “Meski saya melakukan semua hal ini untuk anak saya, tapi saya merasa ibu yang gagal”. “Anak saya tumbuh baik bukan karena saya ibu yang baik.” Pemikiran-pemikiran tersebut seringkali terlintas oleh ibu yang menderita mompostor syndrome.
Sulit untuk meyakinkan mompostor bahwa mereka adalah ibu yang kompeten meski mereka dipuji sebagai ibu yang baik. Bahkan, pujian justru membuat mompostor merasa semakin buruk. Mereka makin percaya bahwa mereka sangat pandai berpura-pura hingga orang lain tidak bisa melihat kebenaran bahwa ia adalah ibu yang tidak kompeten.
Apa yang menyebabkan timbulnya mompostor syndrome?
Anak yang memiliki perasaan impostor kemungkinan besar disebabkan oleh dua hal. Yang pertama, ia dibesarkan oleh orangtua yang sangat kritis dan selalu mengomentari kesalahan. Atau, ia memiliki orang tua yang terlalu memuji, memberikan pujian yang samar-samar tanpa konteks tertentu. Seperti, “kamu adalah anak terpintar di dunia ini.”
Nampaknya, hal yang sama juga terjadi pada mompostor. Budaya dapat menjadi penyebab munculnya perasaan impostor pada para ibu. Mereka mungkin sering mendapatkan pujian berlebihan dan tidak jelas seperti, “Anda adalah ibu yang luar biasa”. Namun, di sisi lain, mereka dikritik dan dipermalukan oleh keluarga, tetangga, atau orang asing di publik maupun media sosial. Bahkan, untuk hal-hal kecil. Kombinasi dua hal tersebutlah yang akhirnya memunculkan perasaan impostor bagi para mompostor.
Ditulis Oleh: Ria Khairunnisa.
Sumber:
Escalante, A. (2019, October 17). Do You Have Mompostor Syndrome? Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/shouldstorm/201910/do-you-have-mompostor-syndrome