Membenci Diri Sendiri: Mengenal Self-Hatred dan Penyebabnya

“Buat apa kamu mencoba? Udah pasti nggak bisa.”
“Nggak ada yang sayang sama kamu.”
“Aku tahu kamu akan gagal.”

Apa perasaan Alpas Fellas ketika membaca kalimat di atas? Menyakitkan dan membuat lelah mental, ya. Nah, bagaimana kalau kalimat tersebut berasal dari pikiran kita dan kita ucapkan secara konstan pada diri sendiri? Ternyata, hal ini termasuk salah satu perilaku self-hatred, lho.

Self-hatred adalah kritik ekstrem terhadap diri sendiri, termasuk di dalamnya perasaan tidak mampu, perasaan bersalah, dan rendah diri. Seseorang mungkin merasa yang ia lakukan tidak cukup baik atau bahwa ia tidak layak untuk hal-hal baik dalam hidup. Contoh lainnya, seseorang terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan hanya mampu melihat hal-hal yang negatif. Padahal, setiap orang sama berharganya dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan cinta-kasih pada diri sendiri.

Kebencian pada diri sendiri memang menyakitkan, tetapi mengeksplorasi emosi tersebut adalah langkah pertama menuju pemulihan. Fellas bisa mencoba merenung: apa yang memicu perasaan benci ini? Apakah Fellas melakukan kesalahan di tempat kerja? Apakah kesuksesan seseorang membuat Fellas iri? Nah, selain pemicu langsung, akar dari self-hatred dapat ditelusuri dari lingkungan tempat kita bertumbuh. Self-hatred berkembang seiring waktu dan biasanya dipicu oleh beberapa faktor.

Trauma

Pengalaman traumatis di masa lalu seringkali mencakup pelecehan atau pengabaian secara seksual, fisik, maupun emosional. Pernyataan kebencian mungkin dikatakan langsung oleh orang tua atau sosok lainnya dan menjadi lekat dengan diri seseorang.

Harapan yang terlalu tinggi

Kita semua memiliki keinginan untuk diterima atau mampu melakukan tugas dengan baik. Namun, terkadang ekspektasi terhadap diri begitu tinggi hingga tidak realistis. Ketika harapan tidak terpenuhi, kita lalu merasa gagal. Pada saat gagal, kritik diri muncul untuk mempermalukan dan mengingatkan betapa mengecewakannya kita selama ini.

Selalu ingin menyenangkan orang lain

Kita belajar melalui pengalaman sosial bahwa ketika orang lain senang dengan kita, maka kita merasa bahagia dengan diri sendiri. Sayangnya ini bukan cara berpikir yang sehat dan dapat mengarah pada perilaku ketergantungan pada orang lain. Selain itu, ketika kita mengecewakan seseorang, muncul perasaan bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri; kita tidak layak untuk dicintai oleh orang lain.

Perfeksionis

Seorang perfeksionis tidak memberikan ruang untuk kesalahan dalam semua situasi. Sering kali, pola pikir ini dikembangkan dalam upaya melindungi diri dari rasa sakit. Rasa sakit mungkin ditimbulkan oleh emosi-emosi seperti canggung, malu, takut ditinggalkan, dihakimi, diabaikan, hingga diejek.

Perbandingan sosial

Wajar untuk memerhatikan kesuksesan orang lain. Namun, seseorang dapat memiliki kecenderungan hanya menyoroti orang-orang yang berkinerja “lebih baik” dibanding dirinya sehingga malah merendahkan diri sendiri.

 

Ditulis oleh: Qurrota Aini

Diedit oleh: Fathin Nibras

Sumber:

Clarke, J. (2020, August 03). 5 Ways Stop Self-Hate and Enjoy Life and Relationships. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/ways-to-stop-self-hatred-4164280

Psychology Today. (n.d.). Self-Hatred. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/intl/basics/self-hatred

 

Write a comment