Ternyata saat bersosialisasi, penting bagi setiap orang memiliki Theory of Mind (ToM), lho, Alpas Fellas. ToM adalah kemampuan untuk memahami kondisi mental (seperti emosi, pengetahuan, kepercayaan dan niat) yang dimiliki diri sendiri terhadap orang lain.
Perkembangan ToM akan menunjukkan seberapa besar pemahaman individu tentang perbedaan kepercayaan, keinginan, dan niat yang dimiliki oleh diri sendiri dengan orang lain. Tidak hanya itu, ToM juga membahas apa saja yang mempengaruhi kondisi mental tersebut.
Mengapa Theory of Mind penting dimiliki?
Saat berinteraksi, individu pasti akan menghadapi konflik dan salah paham. Saat seseorang memiliki kadar Tom yang baik, maka ia akan paham mengenai bagaimana orang lain berpikir dan berperilaku. Akhirnya seseorang dapat melakukan hubungan sosial dengan baik dan dapat menyelesaikan konflik yang terjadi dengan orang lain.
Kapan Theory of Mind berkembang dan faktor apa saja yang mempengaruhi?
Para ahli mengatakan bahwa ToM mulai berkembang pada usia 3-5 tahun dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan ToM, yaitu:
- Interaksi sosial: Interaksi dan pengalaman sosial yang dialami oleh anak akan membantu berkembangnya ToM melalui aktivitas bermain, cerita dan hubungan dengan orangtua atau teman sebayanya.
- Fungsi eksekutif otak: Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara fungsi eksekutif dengan perkembangan ToM, dimana rendahnya fungsi eksekutif yang dimiliki dapat memperlambat perkembangan ToM.
- Jumlah kakak yang dimiliki: Adanya pengalaman interaksi kooperatif ataupun kompetitif dengan saudara yang lebih tua akan meningkatkan perkembangan kognitif individu untuk dapat memahami kondisi mental orang lain.
Bagaimana mengukur Theory of Mind?
Salah satu metode yang terkenal digunakan untuk mengukur ToM adalah false-belief task. Metode ini mampu membuat individu paham bahwa orang lain dapat memiliki kepercayaan yang berbeda dengan dirinya. Salah satu contoh dari metode ini dikenal dengan “Tes Sally-Anne”. Anak-anak akan ditunjukkan dua boneka bernama Sally (memegang keranjang) dan Anne (memegang boks). Sally menaruh kelereng dalam keranjangnya dan keluar. Lalu, Anne mengambil kelereng tersebut dan menaruhnya dalam boks. Anak lalu ditanya kemana Sally akan mencari kelerengnya ketika ia kembali. Jika anak menjawab bahwa Sally akan mencari kelereng di keranjang, maka anak lulus dari tes tersebut karena anak paham mengenai apa yang Sally. Pada konteks tersebut pikirkan dan percaya, yaitu bahwa Sally memiliki kepercayaan yang salah mengenai dimana kelereng itu berada.
Ketika kita memahami bahwa cara berpikir dan sudut pandang orang lain berbeda, kita dapat merespon situasi sosial dengan lebih baik. Hubungan dengan orang lain pun bisa terjalin dengan baik dan konflik dapat dihindari.
Ditulis oleh: Ria Khairunnisa
Cherry, K. (2018, October 10). Why Theory of Mind Is Important for Social Relationships. Diambil dari https://www.verywellmind.com/theory-of-mind-4176826 pada tanggal 1 Februari 2019
Rakoczy, H. (2017). Theory of mind. Diambil dari https://www.psych.uni-goettingen.de/de/development/pdfs/Rakoczy_ToM_CECD_in_press.pdf pada tanggal 1 Februari 2019.
Thompson, B. N. (2017, July 3). Theory of Mind: Understanding Others in a Social World. Diambil dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/socioemotional-success/201707/theory-mind-understanding-others-in-social-world pada tanggal 1 Februari 2019.