Benarkah Makanan Dapat Mempengaruhi Kondisi Kesehatan Mental Kita?

Fellas, setiap tanggal 16 Oktober setiap tahunnya ternyata diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia. Kali ini Alpas akan membahas mengenai kaitan makanan dengan kesehatan mental. Benar nggak sih, makanan yang kita konsumsi bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental kita?

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa diet bergizi tidak hanya bagus bagi tubuh, tapi juga bagi otak. Pengetahuan ini kemudian berkembang menjadi sebuah konsep yang dikenal sebagai nutritional psychiatry. Sekitar 5 tahun lalu, gagasan mengenai nutritional psychiatry nyaris tidak tercatat di radar perawatan kesehatan. Telah ada beberapa penelitian tentang bagaimana suplemen tertentu (seperti asam lemak omega-3) dapat menyeimbangkan suasana hati, tetapi data belum memadai.

Nah, saat ini, telah banyak penelitian di seluruh dunia mengenai hubungan antara kualitas makanan dan gangguan mental yang umum seperti depresi dan kecemasan. Contohnya, sebuah studi meta-analisis dari 10 negara yang dipublikasikan oleh peneliti di Cina menunjukkan bahwa pola makan tertentu dapat menyebabkan depresi. Sementara studi lain terhadap 120 anak dan remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji, gula, dan minuman ringan dikaitkan dengan prevalensi ADHD yang lebih tinggi.

Mengatur pola makan memang dapat menjadi bagian dari rencana perawatan, tetapi para ahli mengingatkan untuk tidak menganggap pola makan sebagai pengganti pengobatan. Ingatlah bahwa makanan memang memengaruhi cara kerja sistem kekebalan, cara kerja gen, bahkan cara tubuh kita merespons stres, Fellas.

Lalu, bagaimana peran makanan terhadap keadaan mental seseorang? Berikut sejumlah alasan mengapa nutrisi yang baik bisa memengaruhi kesehatan otak. 

Nutrisi makanan yang baik cukup krusial bagi perkembangan otak

Makanan “asli” atau real food akan menjadi blok pembangun protein, enzim, jaringan otak, dan neurotransmitter yang mentransfer informasi dan sinyal antara berbagai bagian otak dan tubuh. 

Membuat otak dalam mode tumbuh atau berkembang

Nutrisi dan pola makan tertentu terkait dengan perubahan protein otak yang membantu meningkatkan hubungan antar sel otak. Diet yang kaya nutrisi seperti omega-3 dan seng meningkatkan kadar zat ini. Sementara, diet tinggi lemak jenuh dan gula halus memiliki dampak negatif pada protein otak.

Membuat usus dipenuhi dengan bakteri baik

Triliunan bakteri baik hidup di usus. Mereka menangkis kuman jahat dan menjaga sistem kekebalan kita, yang berarti membantu mengurangi peradangan di tubuh. Peradangan nantinya akan memengaruhi suasana hati dan kognisi. Beberapa kuman dalam usus juga membantu membuat vitamin B yang memperkuat otak. 

Nah, itulah alasannya mengapa makanan dikatakan dapat mempengaruhi kondisi otak serta kesehatan mental. Kuncinya adalah memilih yang mengandung nutrisi sebanyak mungkin dengan kalori sesedikit mungkin, Fellas. Yuk, kita mulai makan makanan yang sehat!

ㅤㅤㅤ

Ditulis oleh: Raihani Haurannisa

Diedit oleh: Qurrota Aini

Sumber: 

Miller, K. (2015, August 20). Can What You Eat Affect Your Mental Health? Retrieved from: 

https://www.apa.org/monitor/2017/09/food-mental-health 

Clay, R. A. (2017, September). The link between food and mental health. Retrieved from: https://www.webmd.com/mental-health/news/20150820/food-mental-health#1 

Write a comment