Belum lama ini kita dikejutkan dengan kabar dari seorang komedian; Tri Retno Prayudati atau yang lebih dikenal dengan nama Nunung. Berita tersebut menyebutkan bahwa ia didakwa atas kasus penyalahgunaan narkotika.
Nunung juga dikabarkan mengalami gangguan psikologis yaitu depresi dan gangguan cemas. Hal itu disampaikan Dokter Herny Taruli Tambunan, saksi dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), Jakarta Timur, dalam sidang kasus penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan keterangan Herny, Nunung sempat mengalami depresi sehingga harus dirawat oleh psikiater di Jakarta selama tiga tahun sebelum jalani rehabilitasi.
Namun, Hakim Djoko Indiarto heran, mengapa pelawak yang dikenal jenaka seperti Nunung bisa alami depresi. Pernyataan Hakim Djoko Indriarto ini menunjukan bagaimana stigma negatif mengenai kesehatan mental ini masih kuat.
Seperti yang kita ketahui bersama, Fellas, orang yang mengalami gangguan psikologis tertentu tidak selalu berkaitan dengan ekspresi wajah seseorang. Mereka yang mengalami kondisi mental khusus lihai menutupi kondisinya lewat keceriaan yang ditampilkan, begitu juga Nunung. Semua orang selalu memiliki persoalan dalam hidup namun tidak semua mengekspresikannya kepada orang lain. Di belakang orang lain atau layar kaca, tidak selalu ada canda tawa yang biasanya ditampilkan pada banyak orang.
Canda tawa, membuat orang bahagia adalah salah satu pekerjaan menjadi seorang komedian. Di depan panggung, semua terlihat biasa saja tapi tidak saat lampu meredup, panggung ditutup. Kembali pada kehidupan sebenarnya, depresi terasa nyata bagi komedian yang mengalaminya. Pada kenyataannya, bukan hanya Nunung, komedian yang mengalami gangguan psikologis.
Tony Hancock, seorang komedian yang juga mengalami depresi, mengakhiri hidupnya setelah berjuang panjang di tahun 1968. Chris Farley di tahun 1997 serta Robin Williams mengalami hal yang sama dan mengakhiri hidupnya di tahun 2014. Setelah Williams meninggal, banyak yang terkejut bahwa seseorang yang telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk tertawa bisa diam-diam mengakhiri hidupnya sendiri.
Masih banyak komedian yang berjuang mengalami gangguan psikologis seperti Larry David, Steven Coogan, Sarah Silverman, dan masih banyak lagi.
Komedian pun tidak luput dari kejadian traumatis saat usia kanak-kanak, merasa terasing, atau tertekan secara psikolologis dalam waktu yang lama. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa tertawa adalah obat terbaik. Namun menurut Gethard sebagai komedian, ia tidak percaya menjadi seorang komedian bisa menjadi pengganti terapi. Menurutnya itu “bukan tempat yang aman untuk sembuh”. Pengobatan dan terapi psikologi tetap menjadi pilihan terbaik untuk mengobati masalah kesehatan mental.
Ditulis Oleh: Syifa Ul-Haq
Sumber:
Marison W. (2019, 23 October), Dokter Sebut Nunung Depresi, Hakim: Kok Bisa? Kerjanya Setiap Hari Cengengesan. Retrieved from: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/23/19253251/dokter-sebut-nunung-depresi-hakim-kok-bisa-kerjanya-setiap-hari
Barret, J. (2015, 29 January), Larry David, Steve Coogan and other comedians share stories of depression in new documentary. Retrieved from: https://www.independent.co.uk/news/people/news/larry-david-steve-coogan-and-other-comedians-share-stories-of-depression-in-new-documentary-10009461.html
DeNinno, N. (2019, 10 October). Sarah Silverman: I took 16 Xanax a day as a teen. Retrieved from: https://nypost.com/2019/10/10/sarah-silverman-i-took-16-xanax-a-day-as-a-teen/