Cara Kerja Otak Saat Kita Membahagiakan Orang Tua

Alpas Fellas, sebagai seorang anak, tentu ingin membahagiakan kedua orang tua, bukan? Tahukah Fellas, individu bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda ketika menyenangkan hati orang tua dibandingkan untuk diri sendiri atau orang asing.

Ada bagian di otak bernama Nucleus Accumbens (NAcc), terletak dalam striatum ventral, wilayah yang memberi kode dampak rangsangan terkait penghargaan. NAcc akan menunjukkan ledakan aktivitas ketika mendapatkan kesenangan, misalnya saat mendapatkan hadiah. Penghargaan ini memunculkan kesenangan yang terbagi menjadi dua, yakni kesenangan untuk diri pribadi (personal joy) dan kesenangan perwakilan (vicarious joy). Vicarious joy dimaknai sebagai perasaan senang yang dialami ketika melakukan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain, bukan untuk diri sendiri.

Tahun 2020, Philip Brandner dari Universitas Erasmus, memimpin penelitian terhadap 30 mahasiswa. Peneliti memakaikannya pemindai FMRI, yakni alat yang digunakan untuk memeriksa anatomi fungsional otak. Kemudian, peserta diminta memainkan tombol untuk memilih satu tirai animasi untuk mendapatkan hadiah bagi diri sendiri atau orang lain. Dalam setiap percobaan, “pemain” lainnya akan diidentifikasi sebagai ibu, ayah, atau orang asing. Hasilnya menunjukan, peserta lebih bahagia ketika memiliki kemenangan atas kedua orang tuanya dibandingkan orang asing.

Benarkah membahagiakan ibu lebih “menyenangkan” dibandingkan membahagiakan ayah?

Disisi lain, ketika kemenangan terjadi untuk ayah, daerah lain di otak, termasuk Medial Prefrontal Cortex dan Precuneus, menjadi lebih aktif. Proses ini mewakili “diri” versus “orang lain” – untuk membedakan apa yang kita alami dengan apa yang dialami orang lain.

Jadi, mungkin saja kemenangan untuk ayah memicu perbandingan diri yang lebih kuat daripada kemenangan untuk ibu. Bagi beberapa individu dewasa awal, setidaknya ibu tampak lebih merepresentasikan “diri” mereka.
Teori ini didukung oleh temuan tambahan bahwa aktivitas NAcc lebih sedikit ketika kemenangan tidak didapatkan untuk ayah daripada ibu. Sehingga peneliti menyimpulkan menang melawan ayah memicu perbandingan diri/orang lain yang lebih besar. Peserta dapat memproses kemenangan ini sebagai keuntungan hanya untuk diri mereka sendiri, dan sebagai “kerugian” relatif untuk ayah mereka. Tetapi jika ibu adalah pemain lain, menang mungkin lebih menggembirakan.

Perlu Fellas ketahui, penelitian ini masih memiliki berbagai keterbatasan. Ada faktor eksternal yang memengaruhi munculnya vicarious joy, salah satunya hubungan emosional antara anak dan orang tua. Sehingga tidak bisa langsung kita tarik kesimpulan demikian. Pastinya, membahagiakan orang tua menjadi salah satu kewajiban seorang anak, baik Ibu maupun Ayah. Semoga fakta ini bisa menambah pengetahuanmu ya, Fellas!

Ditulis oleh: Hana Humaira
Diedit oleh: Nani Yuliani

Sumber:
Brandner, P., Güroğlu, B. & Crone, E. A. (2020). I am Happy for Us: Neural Processing of Vicarious Joy When Winning for Parents Versus Strangers. Cognitive, Affective, & Behavioral Neuroscience, volume 20, pages 1309–1322(2020). Retrieved from: https://link.springer.com/article/10.3758/s13415-020-00839-9

Young, E. (2020, November 24). Here’s How The Brain Responds When We Feel Our Parents’ Joy. Retrieved from: https://digest.bps.org.uk/2020/11/24/heres-how-the-brain-responds-when-we-feel-our-parents-joy/

Write a comment