Gaming Disorder: Saat Main Game Sudah Kelewat Batas

Siapa diantara kamu yang suka bermain game, Alpas Fellas? Bermain game merupakan sebuah kegiatan menyenangkan yang diminati oleh kalangan semua umur, khususnya anak-anak dan remaja. Namun, bermain game dapat menjadi sebuah gangguan jika perilaku tersebut telah menganggu kehidupan individu. WHO pun telah menambahkan “Gaming Disorder” sebagai sebuah bentuk adiksi terbaru. Meskipun belum secara sah menjadi sebuah gangguan oleh DSM-5, bisa jadi perhatian khusus jika hal ini menganggu kehidupan seseorang.

Apa itu Gaming Disorder?

Gaming Disorder (GD) diartikan sebagai sebuah pola perilaku bermain game, baik digital ataupun video. Perilaku ini ditandai dengan ketidakmampuan mengontrol waktu bermain game dan lebih memprioritaskan untuk bermain game ketimbang hal lain. Seseorang dapat dikatakan mengalami GD ketika perilaku tersebut berdampak buruk secara signifikan terhadap berbagai area di kehidupan serta berlangsung lebih dari 12 bulan.

Namun, tetap tidak boleh mendiagnosa tanpa pengawasan profesional, ya. Sangat dianjurkan melakukan evaluasi untuk melihat apakah perilaku tersebut masih dalam batas normal atau membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Apa penyebab dan alasan seseorang tertarik bermain game?

Ketika individu bermain game, sistem reward pathway yang ada di otak pun terpicu. Hal itu akan membuat otak melepaskan dopamin, hormon yang menyebabkan perasaan euforia, kebahagiaan, dan motivasi, sehingga menimbulkan adanya kebahagiaan sementara. Alasan mengapa seseorang bermain game pun berbeda tiap individunya. Pada anak yang tidak percaya diri, bermain game dapat meningkatkan self-worth mereka. Ketika mengalami kesulitan di sekolah atau dalam berteman, bermain game dapat menimbulkan perasaan positif. Bermain game juga bisa menjadi upaya melarikan diri dari kenyataan, contohnya ketika terisolasi secara sosial atau berada dalam situasi keluarga yang sulit.

Apakah bermain game selalu berdampak buruk?

Jawabannya adalah tidak. Banyak studi menunjukkan bahwa berbagai manfaat juga bisa didapatkan dari bermain game. Diantaranya meningkatkan atensi individu agar lebih fokus pada tugas yang akan dikerjakan. Lalu meningkatkan ukuran dan efisiensi bagian otak yang berperan pada kemampuan visuo-spatial seperti memperkirakan jarak ketika memarkir mobil atau membayangkan tempat yang diarahkan oleh seseorang. Selain itu, menjadi upaya lain untuk dapat terhubung dengan teman sebaya bagi individu yang kesulitan dalam berhubungan sosial.

Apa yang harus dilakukan ketika mengalami Gaming Disorder?

Cobalah untuk mengevaluasi diri terlebih dahulu melalui beberapa pertanyaan seperti:

  • Apakah bermain game berdampak buruk pada kemampuan kita untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari?
  • Apakah berdampak buruk dalam hubungan kita dengan orangtua atau teman?
  • Apakah bermain game menghambat gaya hidup sehat?
  • Atau apakah bermain game berdampak pada perubahan mood yang signifikan?

Jika jawaban dominan adalah ya, maka kamu bisa mendatangi tenaga profesional seperti Psikolog atau Terapis untuk mengevaluasi lebih lanjut. Setelah itu, program penanganan terbaik pun dapat dipilih untuk membantu gangguan adiksi game ini.

Ditulis oleh: Ria Khairunnisa

Sumber Tulisan :
Hurley, K. (2018, August 28). Kids, Teens, and Gaming Disorder : The World Health Organization (WHO) Defines the Mental Health Condition. Diakses dari https://www.psycom.net/gaming-disorder

Write a comment