Fellas, familiar dengan istilah gaslighting? Gaslighting merupakan sebuah bentuk kekerasan emosional dan psikologis penuh dengan manipulasi secara verbal atau pun perilaku. Gaslighting dilakukan agar seseorang mempertanyakan pemikiran, perasaan, kenyataan, bahkan kewarasan mereka. Tujuannya adalah agar ia bisa mendapatkan kontrol atas korbannya tersebut.
Ciri-ciri seorang “Gaslighter”
Kontrol dan kekuasaan adalah kebutuhan utama seorang gaslighter. Taktik yang seringkali digunakan kepada korbannya adalah terus-menerus mengkritik, menyalahkan, melontarkan kalimat abusif, mengintimidasi, atau menolak tanggung jawabnya. Dalam sebuah hubungan, gaslighter harus merasa dominan, paling benar tentang segalanya, dan terus-menerus memaksakan penilaian mereka. Mereka suka menyalahkan korbannya dengan kalimat seperti “Ini semua karena salahmu” atau “Aku lakukan ini karena kamu tidak mendengarkan aku”.
Mereka mungkin menuduhmu memiliki isu-isu. Mereka akan mencari cara untuk membuat pencapaianmu terlihat sebagai pencapaian mereka. Bagi korban, taktik manipulasi mungkin tak terasa diawal, sampai akhirnya ia menemukan dirinya selalu bingung dan meragukan dirinya sendiri. Gaslighting sendiri digunakan untuk memanipulasi orang lain karena umur, ras, identitas gender, dan ketidakstabilan baik psikologis, fisik, ataupun emosional mereka. Gaslighter ditemukan dimana saja, baik di keluargamu, teman, atau tempat kerjamu.
Mengapa Gaslighter melakukan Gaslighting?
Umumnya, gaslighting bertujuan untuk melemahkan pertahanan, mematahkan semangat, terlihat tidak bersalah, dan membuat kebingungan dipikiran korban. Menurut Dr. Sarkis, penulis buku tentang gaslighting, mengatakan ada dua alasan utama seseorang melakukan gaslighting. Pertama adalah usaha terencana untuk mendapatkan kontrol dan kekuasan atas orang lain. Kedua, karena ia dibesarkan oleh orangtua gaslighter dan anak belajar perilaku-perilaku tersebut sebagai sebuah mekanisme pertahanan. Anak dari orangtua gaslighter akan merasa bahwa ia anak ‘emas’ yang tidak akan pernah salah.
Dampaknya pada Korbannya
Gaslighting tentunya berdampak negatif pada korbannya. Korban dapat mengalami stres kronis dan tekanan emosional yang parah. Akibat dari terus-menerus menerima kekerasan abusif verbal dan fisik, sense of identity, rasa berharga, dan percaya diri akan semakin rendah dan hancur. Kamu akan semakin rentan terhadap gaslighting jika memiliki isu kesmen yang dapat melemahkan pertahananmu.
Lalu, bagaimana untuk melindungi diri dari Gaslighting?
Jika Fellas merasa bahwa kamu telah menjadi korban gaslighting, kamu bisa mencoba untuk perhatikan dengan seksama tindakan orang tersebut, bukan perkataannya. Hal ini dikarenakan tindakan gaslighter biasanya berbalik dengan perkataannya. Jangan dengarkan orang yang seringkali menyebutmu “gila” atau komentar serupa, membuatmu mempertanyakan dirimu sendiri. Jangan percaya jika seseorang mengatakan bahwa keluarga/temanmu setuju dengannya dan bukan denganmu. Gaslighter seringkali menggunakan orang terdekatmu sebagai amunisi untuk menyerangmu. Lalu, yang terpenting: Tanamkan pada dirimu bahwa itu bukan dirimu atau salahmu. Gaslighter bertanggung jawab seluruhnya atas tindakannya.
Ditulis Oleh: Ria Khairunnisa
Sumber:
McQuillan, S. (2019, June 26). Gaslighting: What Is It? Retrieved from https://www.psycom.net/gaslighting-what-is-it/.