FoMO: Takut Kudet di Zaman Millenials

Pernahkah kamu merasa selalu ingin scroll timeline Instagram-mu? Atau selalu membuka twitter sampai larut malam? Gerah kalau kamu ketinggalan berita terkini di internet walau terlambat beberapa jam saja? Ouch, jangan-jangan kamu salah satu dari orang-orang yang terkena FoMO, fellas.

Apa itu FoMO?

Fear of Missing Out (FoMO) adalah kondisi kecemasan berlebih saat tertinggalnya berita terkini. Perkembangan internet, terutama pada media sosial, yang semakin pesat menjadikan defisini FoMO meluas. Para pengguna internet akan terus terpaku dengan media sosial karena ingin terhubung dengan orang lain. Selain itu, para penggunanya akan merasa lebih peka dengan postingan yang ada di internet. Meskipun bukan hal yang baru, sayangnya masih sedikit orang yang menyadari bahaya fenomena ini.

FoMO bisa dialami oleh siapapun. Penelitian yang dilakukan oleh Przybylski, dkk (2013) menyatakan bahwa seseorang dengan kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi seperti rasa ingin dicintai dan dihormati rentan mengalami FoMO. Selain itu, FoMO juga berkaitan dengan tingkat kepuasan diri, mood yang positif, dan penggunaan media sosial di waktu-waktu tertentu. Contohnya seperti sebelum tidur, ketika bangun tidur, selama sarapan atau makan siang, dan saat sedang menerima pelajaran.

Menurut Barker (2016), seseorang yang insecure atau tidak percaya diri juga sangat memungkinkan terkena FoMO. Contohnya adalah merasa terganggu ketika dihadapkan dengan postingan Facebook atau Instagram tentang kehidupan orang lain. Barker menambahkan, saat seseorang mengalami FoMO, ia akan terjebak di dalamnya, mengabaikan dunia nyata dan beralih ke dunia maya sebagai media penyembuhannya.

Di sisi lain, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Milyavskaya, dkk (2018) menunjukkan hal yang mengejutkan. Tak hanya melalui media sosial, mendengar berita atau rencana kegiatan seseorang melalui orang lain juga sangat berpeluang mengalami FoMO. Meski begitu, para partisipan lebih memilih untuk mengetahui berita atau aktivitas terbaru melalui media sosial daripada mendengarnya secara langsung. Konsekuensinya, mereka akan mengalami stres, gangguan tidur, kelelahan, kesepian, paranoia, iri, dan penurunan konsentrasi. Dampak tersebut tentunya sangat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan kehidupan sosial seseorang.

Hm, sepertinya harus ada gerakan puasa sosial media nih, Alpas Fellas. Setuju gak?

 

Ditulis oleh: Nurul Izzatur Ramadhani.

Sumber:

Nowinski, J. (2014). How we use social networking part 3: FoMO, diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-almost-effect/201401/how-we-use-social-networking-part-3-fomo pada 31 Januari 2019.

Dodgson, L. (2018). Here’s what’s really going on in your brain when you experience ‘FOMO’ — the fear of missing out, diakses dari https://www.businessinsider.sg/why-we-experience-fear-of-missing-out-2018-4/?r=US&IR=T pada 31 Januari 2019.

Barker, E. (2016). This is the best way to overcome fear of missing out, diakses dari http://time.com/4358140/overcome-fomo/ pada 31 Januari 2019.

Streep, P. (2012). Millenial generation FOMO, diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/tech-support/201211/millennial-generation-fomo pada 31 Januari 2019.

Hogan, M. (2015). Facebook and the ‘fear of missing out’ (FoMO), diakses dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/in-one-lifespan/201510/facebook-and-the-fear-missing-out-fomo pada 31 Januari 2019.

Write a comment