Fakta Berduka yang Bikin Kamu Jadi Manusia Seutuhnya

Membicarakan tentang kesedihan dan kehilangan orang yang dicintai adalah pantangan terbesar di kalangan masyarakat. Istilah ‘kematian’ pun seringkali diganti dengan kata yang lebih halus seperti ‘meninggal dunia’. Setelah semua yang terjadi, ada rasa canggung dan sungkan untuk bertanya apa yang terjadi atau bagaimana kondisi mereka yang ditinggalkan.

Dalam hal berduka, kita memang tidak bisa menyalahkan siapapun. Sayangnya, kematian dan rasa duka dapat menyebabkan mitos ruang kesedihan terus menerus. Ini akan membuat mereka yang ditinggalkan kesulitan dan berduka dalam jangka panjang.

Inilah 5 mitos tentang berduka dan fakta dibaliknya.

1. Duka adalah emosi

Berduka disebut sebagai sebuah emosi dan dikaitkan dengan depresi. Faktanya, berduka adalah kumpulan dari berbagai emosi seperti sedih, marah, frustasi, kaget, dan rasa bersalah. Disamping itu, umumnya berduka beriringan dengan emosi positif, seperti kelegaan orang yang dikasihi tidak lagi menderita. Perlu diketahui bahwa semua emosi dalam porsi yang pas adalah normal.

2. Duka adalah hal yang buruk

Ketika berhubungan dengan berduka, kebanyakan orang berpikir negatif dan enggan membicarakannya. Padahal peneliti dan konselor menganggap berduka adalah hal positif. Meski membutuhkan waktu lama, orang akan belajar menghadapi dan mengatasi rasa kehilangan melalui berduka. Pada akhirnya, proses ini membuat kita lebih menghormati ingatan tentang mereka dan dapat menerima kehilangan mereka.

3. Duka mendalam adalah lebih baik

Berduka adalah positif, sehingga berduka intens dikatakan lebih baik. Padahal, masing-masing orang mengatasinya dengan cara yang berbeda. Sebagian orang mengalami ‘lintasan pemulihan’ dimana mereka mengalami kesulitan emosi dan fungsi, namun berangsur-angsur pulih beberapa bulan kemudian. 

Sedangkan lainnya mengalami ‘lintasan ketahanan’. Mereka mampu mempertahankan fungsi yang relatif stabil dan sehat dan tampak luar yang normal. Namun, di dalamnya mereka merindukan orang yang telah meninggalkan mereka dan mengalami emosi terkait berduka.

4. Mengalami lima tahapan berduka

Psikolog Kubler-Ross mencetuskan lima tahapan berduka. Namun, mereka yang berduka tidak selalu mengalami tahapan berduka yang sama. Mereka mungkin melewati tahapan, mengulangi tahapan, atau bahkan mengalami emosi yang tidak termasuk ke dalam lima emosi terkait berduka. 

5. Konseling kesedihan katanya berbahaya

Sebuah penelitian pernah menyebutkan bahwa konseling kesedihan berbahaya bagi sebagian orang. Faktanya, konseling kesedihan dapat membantu beberapa orang, meski tidak seefektif kondisi lainnya. Jika kamu membutuhkan bimbingan dan dukungan untuk melewati proses berduka, ada baiknya untuk mengunjungi konseling. 

Terlepas dari semua mitos diatas, fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah kita pasti kehilangan orang yang dicintai. Sebelum mengalami hal tersebut, perbanyaklah quality time dengan mereka, sehingga nantinya kita memiliki lebih banyak memori berharga untuk dikenang.

Ditulis oleh: Nurul Izzatur R

Referensi:

Feldman, D. B. (2019). Five Myths About Grief You May Believe, diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/supersurvivors/201909/five-myths-about-grief-you-may-believe

Write a comment