ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kondisi gangguan perkembangan saraf yang bisa memengaruhi anak-anak maupun orang dewasa. ADHD berkembang ketika otak dan sistem saraf pusat mengalami gangguan yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan. Seseorang dengan ADHD akan menunjukkan tiga perilaku seperti tidak fokus, hiperaktif, dan impulsif.
Apa penyebab ADHD?
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa hubungan genetik berperan dalam terjadinya ADHD meskipun para peneliti belum menemukan secara pasti gen seperti apa yang menentukan. Faktor lain juga berperan seperti lahir prematur, cedera otak, berat badan rendah ketika lahir, dan terkena paparan timah ataupun pestisida. Menurut Badan Pusat Statistik Kesehatan Nasional terdapat sekitar 11% anak- anak dan 15% orang dewasa memenuhi kriteria ADHD.
Gejala ADHD
Kebanyakan orang yang mengalami ADHD akan mengalami kombinasi dari tiga subtipe ini yaitu tidak fokus, hiperaktif, dan impulsif. Gejala ini muncul selama kurang lebih 6 bulan dan ditunjukkan ketika berada pada lebih dari satu tempat seperti rumah, kantor, ruang kelas, atau lainnya.
Anak usia 16 tahun atau lebih muda yang mengalami ADHD harus mendapatkan perhatian lebih ketika ia menunjukkan gejala tidak fokus, hiperaktivitas, dan impulsif yang tidak sesuai dengan perkembangannya selama enam bulan atau lebih. Atau sejak umur 17 tahun dokter akan mencari 5 atau lebih gejala yang muncul tidak sesuai dengan perkembangannya yang diidentifikasikan sebagai ADHD.
Gejala kurangnya perhatian
· Sering kesulitan fokus terhadap tugas termasuk pekerjaan rumah ataupun memenuhi tenggat waktu kerja
· Sangat mudah terganggu
· Sering gagal merespon ketika diajak bicara
· Kesulitan mencari barang penting seperti kunci, ponsel, dan pekerjaan rumah
Gejala impulsif dan hiperaktif
· Tidak memiliki pemikiran yang cermat atau tidak memikirkan konsekuensi terlebih dahulu sebelum bertindak
· Aktif secara tidak normal/perilaku mengganggu
· Berbicara berlebihan
· Berjuang untuk bisa diam pada waktu santai
· Sering menemukan kesulitan untuk menunggu giliran
· Menggeliat di kursi; gelisah dengan tangan dan kakinya
Menurut penelitian Dr. Brown, ditemukan bahwa gejala kerusakan fungsi kognitif ADHD sering muncul dalam enam kategori, yaitu aktivasi, emosi, tindakan, upaya, memori, dan fokus. Misalnya, memulai dan mengatur tugas termasuk dalam kategori “aktivasi”, kesulitan mengatur tugas termasuk dalam kategori “upaya” dan seseorang ADHD yang tidak dapat menenangkan pikiran mereka pada saat tidur yang termasuk dalam “upaya kewaspadaan”. Menurut Dr. Brown yang telah menangani pasien dengan ADHD lebih dari 25 tahun, pasien biasanya melaporkan kesulitan dalam mengatur emosi marah, cemas, kecewa, dan frustasi. Hal itu menyebabkan bertambahnya tantangan bagi penderita ADHD.
Ditulis oleh: Alfira Mentari
Sumber: Conolly, M. (2019). ADHD. Retrivied from https://www.psycom.net/adhd