Cabin Fever: Saat Terlalu Lama Berada di Rumah

Hai Alpas Fellas! Apakah kamu sudah pernah mendengar istilah Cabin Fever sebelumnya?

Cabin Fever adalah istilah sebagai reaksi seseorang saat terisolasi di suatu tempat atau ruangan pada waktu yang cukup panjang. Beberapa pakar menghubungkan cabin fever dengan gangguan psikologis seperti Seasonal Affective Disorder dan Claustrophobia. Definisi lainnya adalah perasaan negatif yang dirasakan individu karena terisolasi atau tidak berhubungan dengan dunia luar.

Setiap orang memiliki gejala Cabin Fever yang berbeda, namun secara umum beberapa gejala diantaranya adalah:

  • Merasa resah atau restless
  • Merasa tidak memiliki harapan
  • Frekuensi tidur siang yang berlebihan
  • Kesedihan mendalam atau merasa depresi
  • Menurunnya tingkat motivasi
  • Kesulitan dalam bangun tidur

Gejala ini tentu berbeda pada setiap orang. Ada individu yang mungkin dapat mengatasi perasaan-perasaan ini secara cepat dengan melakukan kegiatan-kegiatan produktif. Ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk berkegiatan sampai akhirnya perasaan ini berlalu.

Gejala Cabin Fever bukanlah sebuah diagnosis resmi yang tertulis dalam DSM-5, panduan gangguan psikologis yang digunakan oleh tenaga kerja kesmen. Namun, secara umum gejala ini diakui oleh para tenaga kerja kesehetana mental sebagai keadaan yang nyata.

Di masa pandemik ini, tidak sedikit individu yang mengalami gejala ini dikarenakan kewajiban tetap tinggal di rumah saja untuk kepentingan bersama. Tidak dipungkiri, terlalu lama di rumah membuat masyarakat tidak bisa bersosialisasi secara fisik dengan orang lain. Kegiatan sehari-hari menjadi berantakan dan harus beradaptasi karena saat ini kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah saja. Selain itu, gangguan tidur juga dialami oleh beberapa orang yang mengungkapkan bahwa siklus tidurnya terganggu. Orang yang mengalami gangguan psikologis akan semakin bertambah rasa cemasnya, stres, jenuh, dan keadaan psikologis lainnya. Beberapa orang mulai mengalami rasa sedih dan putus asa serta paranoid bahkan saat mengakses berita.

Kunci dari menghadapi gejala ini adalah mengontrol apa yang bisa kita kendalikan. Kita tidak bisa mengontrol situasi pandemik ini namun bisa mengontrol bagaimana respon yang akan muncul di kemudian hari. Kita pun tidak mampu mengontrol kondisi Cabin Fever, namun bisa mengontrol apa yang mau kita lakukan saat perasaan mulai terhimpit.

Jika kamu merasa kondisi saat ini mengganggu keseharianmu, jangan ragu untuk mencari pertolongan dan berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater ya, Fellas.

 

Ditulis oleh: Olga Meidelina

Sumber:

Fritscher, L. (2020, 13 May). Cabin Fever Symptoms and Coping Skills. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/cabin-fever-fear-of-isolation-2671734

Hartwell-Walker, M. (2020, 9 April). Coping with Cabin Fever. Retrieved from: https://psychcentral.com/lib/coping-with-cabin-fever/

Wilson, D. R. (2020, 2 April). How to Deal With Cabin Fever. Retrieved from: https://www.healthline.com/health/cabin-fever

Write a comment