Body Dismorphic Disorder: Stres Karena Tubuh Tidak Ideal

Pernahkah Alpas Fellas merasa tidak menyukai salah satu bagian tubuhmu? Merasa tidak sempurna seperti orang lain atau merasa minder karena mempunyai kekurangan fisik? Hampir semua orang pernah merasakannya terutama sejak usia remaja hingga dewasa, laki-laki atau perempuan. Hal ini wajar karena pada dasarnya manusia selalu ingin tampil baik, sempurna, dan ingin dilihat oleh banyak orang. Namun, ketika kondisi tubuh membuatmu tertekan, terobsesi ingin mengubahnya, dan berdampak pada keseharianmu, hal ini harus dijadikan perhatian serius.

Kali ini Alpas akan membahas salah satu gangguan psikologis yang berhubungan dengan tubuh, namanya Body Dismorphic Disorder (BDD). Orang yang mengalami BDD sangat terobsesi dengan penampilannya, sering bercermin untuk memeriksa tubuhnya bahkan kadang dilakukan selama berjam-jam setiap hari. Selain itu, ia juga sering merasa cemas dan tertekan dengan keadaan tubuhnya sampai mempengaruhi aktivitas hariannya.

Selain itu, menurut Liber (2019), orang yang mengalami BDD biasanya selalu memikirkan kekurangan fisiknya secara berlebihan dan menghindari berfoto. Selain itu ia juga menghindari situasi sosial karena merasa orang lain akan memberikan penilaian buruk padanya.

Secara umum, ada beberapa bagian tubuh yang sering menjadi perhatian khusus bagi orang yang mengalami BDD. Diantaranya adalah wajah (termasuk di dalamnya adalah mata, hidup, dan mulut), rambut, warna kulit, bentuk payudara, dan massa otot.

Tidak hanya merasa tidak puas dengan kondisi dirinya, mereka yang mengalami BDD akan merasa stres berkepanjangan dan percaya diri menurun. Selain itu, akan muncul cemas secara berlebih, tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain, bahkan mengalami depresi.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab BDD. Namun seperti penyebab gangguan psikologis lainnya, BDD muncul akibat beberapa faktor seperti struktur otak dan genetik. Faktor lingkungan seperti pernah di-bully atau mendapat tekanan dari lingkungan karena harus mengikut standar tertentu juga dapat memicu munculnya BDD.

Pada umumnya, BDD dapat dipulihkan melalui Cognitive-Behavior Therapy dan obat-obatan. Dengan melakukan terapi ke tenaga profesional kesehatan mental secara rutin, gejala BDD dapat berkurang.

Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami gejala diatas, jangan sungkan untuk mencari pertolongan profesional seperti ke psikolog/psikiater ya, Alpas Fellas. Semakin cepat kamu menyadari dan tidak malu memeriksakannya ke tempat yang tepat, akan semakin cepat pula proses pemulihannya. Salam sehat dan bahagia, yaa. ❤

Ditulis oleh: Lutfia

Sumber:
Lieber, E. (2019, Jan 30). Body Dysmorphic Disorder: A Guide to Body Dysmorphia, an
Emotionally Painful Obsession – BDD. Diakses dari https://www.psycom.net/eating-disorders/body-dysmorphic-disorder
Mayo Clinis Staff. (2016, Apr 28). Body dysmorphic disorder. Diakses dari: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/body-dysmorphic-disorder/symptoms-causes/syc-20353938

Write a comment