Ketika Berbuat Kebaikan Dibatasi Oleh Miskin dan Kaya

Beberapa hari lalu seorang public figure memberikan pernyataan yang menyita perhatian netizen. Ia berkata bahwa ketika seseorang mempunyai sumber daya lebih, kita bisa memberikan bantuan kepada orang lain lebih mudah. Sebaliknya, ketika seseorang kekurangan sumber daya, sulit bagi kita untuk memberikan bantuan kepada orang lain. Banyak netizen yang bereaksi terhadap pernyataan ini. Sebagian memilih setuju, sebagian lagi tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menurut public figure tersebut, sumber daya berlebih seperti kekayaan, bisa membantu meringankan beban seseorang yang sedang membutuhkan bantuan. Namun hal itu malah dipersepsi berbeda oleh netizen dan mengatakan bahwa public figure tersebut sombong karena pernyataan tersebut.

Ketika seseorang memberikan pernyataan terutama di ranah internet, dimana semua orang bisa mengaksesnya, kemungkinan menyalahartikan pernyataan tersebut sangat besar terjadi. Terutama jika orang lain belum mengenal dan memahami sosok public figure tersebut. Akibatnya akan muncul salah paham, perdebatan hingga berujung pada bully karena pernyataan tersebut.

Beberapa alasan kenapa seseorang bisa salah paham terhadap orang lain

Pertama, orang lain memiliki pemahaman berbeda dengan kata yang digunakan. Setiap kata bisa dipersepsikan berbeda bagi tiap orang dan wajar jika itu terjadi. Alasan lainnya adalah karena salah memaknai aksen atau nada bicara seseorang. Ada orang-orang yang terbiasa menggunakan intonasi nada tinggi ketika berbicara. Tidak jarang orang menganggapnya sebagai ungkapan marah padahal yang mengucapkan tidak sedang mengalami marah. Ada pula individu yang menggunakan intonasi nada rendah atau sambil tertawa ketika berbicara. Intonasi ini bisa saja ternyata sebagai ungkapan marah atau pernyataan tidak setuju ketika berbicara dengan orang lain. Faktor budaya, kebiasaan, dan lingkungan juga mempengaruhi bagaimana seseorang berbicara. Alasan yang juga mungkin terjadi adalah lawan bicara tidak memperhatikan konteks obrolan yang sedang berlangsung. Ketika seseorang tidak memberikan perhatian dan fokus pada suatu obrolan atau peristiwa, kesalahan persepsi sangat mungkin terjadi. Akibatnya orang lain menyalahartikan kondisi yang terjadi padahal ingin menyampaikan niat baik.

Saat seseorang ingin berbuat baik, tidak ada syarat khusus untuk memberikan kebaikan kepada sesama. Semua orang dari semua kalangan bisa berbuat baik dengan cara apa saja. Mulai dari hal sederhana memberi senyuman, mendengarkan temanmu bercerita, atau mendoakan hal baik untuk orang lain. Mengajak pada kebaikan, memberikan informasi yang valid, atau ikut berdonasi untuk orang yang mengalami musibah juga bisa dilakukan. Segala hal baik bisa kita lakukan sesuai dengan kemampuan yang diberikan saat itu. Kebaikan tidak dilihat dari nilai tapi dilihat dari seberapa tulus niat seseorang.

Secara psikologis pun, kebaikan berdampak pada diri seperti meningkatkan kesejahteraan psikologis dan mengeratkan hubungan dengan orang lain. Kebaikan juga sebagai salah satu cara untuk menyayangi diri sendiri lho, Fellas.

Jangan takut untuk berbuat baik ya, Alpas Fellas!

Ditulis oleh: Fathin Nibras

Sumber
Hall, K. (2017, Dec 04). The Importance of Kindness. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/pieces-mind/201712/the-importance-kindness

Seltzer, L. F. (2014, Sep 03). 9 Reasons It’s So Easy to Be Misunderstood. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/evolution-the-self/201409/9-reasons-its-so-easy-be-misunderstood

Write a comment