Pada bulan Januari biasanya Indonesia memasuki musim hujan. Di tahun ini beberapa daerah di Indonesia mengalami banjir yang mengakibatkan banyak korban. Kehilangan barang yang hanyut oleh air banjir, rumah tenggelam, alami penyakit fisik, kehilangan keluarga, sampai mengalami efek psikologis akibat banjir.
Diantara yang menjadi korban, ada orang-orang yang menjadi mudah khawatir dan cemas saat ada suara hujan yang deras. Ketakutan jika ada suara sirine mobil ambulan atau sensitif jika mendengar gemuruh air yang besar padahal hanya suara kucuran air. Memang, tidak semua korban merasakan itu, tapi bagi yang mengalami, perasaan itu nyata adanya.
Efek psikologis ini muncul karena adanya hubungan ketahanan manusia dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Saat seseorang panik namun lingkungan memiliki kondisi yang suportif seperti adanya pertolongan pertama, akan memiliki dampak yang berbeda. Panik dan cemas yang dirasakan tidak sebesar orang-orang yang terlambat mendapatkan bantuan dan terisolasi di lokasi kejadian. Meskipun begitu, bagi orang-orang yang sudah mengalami kebanjiran beberapa kali, reaksi kecemasan terhadap peristiwa ini semakin berkurang. Tentu, kondisi ini tidak bisa disamakan pada semua orang.
Nah, bagaimana cara untuk menghadapi kejadian ini bagi yang mengalaminya?
Pertama, carilah dukungan dari lingkungan sosial. Saling menguatkan satu sama lain dengan tetangga atau orang lain yang mengalami peristiwa yang sama dapat membuatmu menjadi lebih nyaman.
Kedua, jangan ragu untuk mengungkapkan apa yang kamu rasakan. Hal ini penting agar orang lain tahu mengenai kondisi mentalmu. Mana tahu dengan begitu kalian bisa saling menguatkan satu sama lain.
Ketiga, hubungi pihak pemerintah atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ini penting agar mereka bisa mengevakuasi terutama bagi wilayah yang belum mendapatkan bantuan. Di media sosial telah tersebar kontak yang bisa dihubungi.
Keempat, jangan lupa self care. Pastikan makan, minum, dan tidur yang cukup. Bagian ini penting karena berhubungan pula dengan emosimu ketika menghadapi kondisi yang belum stabil.
Bencana alam memang tidak bisa kita hindari ya, Alpas Fellas. Perubahan cuaca ekstrem, kebiasaan membuang sampah sembarangan, kurangnya resapan air, jadi faktor kompleks terjadinya banjir. Menyalahkan salah satu faktor saja tidak mampu mengurangi atau menghilangkan bencana ini. Saling membantu dan berempati pada korban bencana adalah cara paling baik yang bisa dilakukan. Ikut turun menjadi relawan, berdonasi lewat posko penyedia logistik, atau paling tidak berdoa bisa jadi pilihanmu saat ini.
Stay safe, Alpas Fellas! Semoga kita semua diberikan keamanan dan kekuatan melewati bencana ini.
Ditulis oleh: Fathin Nibras
Sumber:
Foudi, S., Osés‐Eraso, N., Galarraga, I. (2017, 23 June). The effect of flooding on mental health: Lessons learned for building resilience. Retrieved from: https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/2017WR020435
Tull, M. (2019, 18 November). How to Cope With Natural Disasters. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/coping-with-natural-disasters-2797570