Inilah Alasan Kenapa Kita Sering Mengalami Deja Vu

“Kayaknya gue pernah ngalamin ini, deh!” Pasti kalian pernah mendengar teman kalian mengatakan itu, atau mungkin kalian juga sering mengalaminya.

Kejadian itu disebut dengan Déjà Vu, suatu kondisi dimana seseorang merasa seperti pernah mengalami suatu kejadian. Sebenarnya, déjà vu adalah hal biasa dan dialami oleh dua dari tiga orang di dunia. Tapi sayangnya hingga kini belum ada penjelasan pasti kenapa seseorang bisa mengalami hal tersebut.

Menurut Lewis (2012), psikoanalis menghubungkan Déjà Vu dengan angan-angan. Sedangkan menurut beberapa psikiater, fenomena déjà vu terjadi karena adanya ketidakcocokan di otak sehingga seseorang menganggap kejadian tersebut pernah dialami sebelumnya. Teori lain juga menyebutkan bahwa déjà vu adalah kegagalan fungsi antara sirkuit jangka panjang dan jangka pendek di otak.

Saleh (2012) menjelaskan bahwa meskipun penelitian terkait déjà vu masih sangat terbatas. Terdapat 4 kemungkinan penyebab Déjà Vu untuk orang yang tidak mengalami epilepsi atau masalah psikosis, yaitu:

1. Perhatian

Déjà Vu melibatkan persepsi awal yang terdegradasi, yang kemudian diikuti oleh pengambilan kedua di bawah perhatian penuh. Misalnya, kamu akan membuka kunci pintu depan rumahmu lalu sejenak terganggu oleh suara di kejauhan. Saat kamu akan kembali membuka kunci pintu, persepsi pertama mungkin tampak lebih jauh di masa lalu. Gangguan yang memisahkan kedua persepsi ini bisa sama cepatnya dengan kedipan mata.

2. Memori

Beberapa detail dari pengalaman baru itu sebenarnya familiar dan sering terjadi, tapi detail tersebut sudah dilupakan. Orang-orang menghadapi hal-hal yang tak terhitung jumlahnya selama sehari tetapi tidak memperhatikan semua informasi. Pemrosesan ulang informasi di kemudian hari kadang-kadang dapat menimbulkan perasaan familiar dan Déjà Vu. Dengan kata lain, seseorang memang pernah mengalami kejadian yang sama tanpa disadarinya.

3. Dual-processing

Penjelasan dual-processing dari Déjà Vu mengatakan bahwa dua proses kognitif yang biasanya sinkron menjadi tidak sinkron sesaat. Contohnya saat persepsi dan memori bisa menjadi tidak sinkron.

4. Neurologis

Teori ini mengatakan bahwa Déjà Vu terkait dengan kejang pada lobus temporal kecil saat seseorang tanpa epilepsi. Penyebab lainnya karena keterlambatan transmisi neuronal antara mata, telinga, atau organ persepsi lainnya dan pusat pemrosesan tingkat tinggi di otak.

Penjelasan dual-processing telah menerima banyak perhatian. Penelitian ini jauh lebih filosofis dan teoritis, dan kurang mekanistik. Sayangnya penjelasan dual-processing dan penjelasan neurologis tidak dapat diuji di laboratorium karena keterbatasan teknologi.

Dengan demikian, penjelasan dual-processing dan neurologis kurang cocok bagi para peneliti. Sebaliknya, penjelasan perhatian dan memori paling baik didukung oleh apa yang kita ketahui tentang kognisi dan dapat diuji secara empiris.

 

Ditulis oleh: Nurul Izzatur Ramadhani

 

Sumber :

Lewis, J. G. (2012). The Neuroscience of Déjà Vu. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/brain-babble/201208/the-neuroscience-d-j-vu .

Saleh, Naveed. (2016). 4 Possible Explanations for Déjà Vu. Retrieved from:https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-red-light-district/201610/4-possible-explanations-d-j-vu pada 14 April 2019.

Write a comment