Entah mengapa, kata “terapi” seringkali menjadi hal yang menakutkan. Banyak stigma negatif yang masih melekat dengan kata tersebut. Kesalahpahaman yang kerap muncul membuat banyak orang takut untuk melakukan terapi. Padahal, jika dilihat lebih dekat, terapi tidak semenyeramkan itu.
Nah, untuk meluruskan persepi, Alpas akan mengupas tuntas fakta dan mitos seputar terapi. Simak baik-baik ya!
Terapi hanya untuk orang dengan masalah yang serius = MITOS!
Padahal terapi tidak hanya untuk orang dengan diagnosa psikologis. Terapi berfungsi untuk memberikan bantuan untuk lebih memahami masalah yang dihadapi dan bagaimana menyelesaikannya. Banyak orang yang melakukan terapi untuk mengatasi masalah hubungan percintaan, keluarga, stres, dan hambatan belajar. Terapi juga bisa membuatmu lebih mengenal diri sendiri dan menjadikan hidup terasa lebih baik.
Tidak perlu melakukan terapi jika memiliki teman baik = MITOS!
Teman atau keluarga memang bisa menjadi support system yang baik namun tetap tidak bisa menggantikan terapi. Sesi terapi memberikanmu sesi khusus yang fokus pada masalahmu. Kamu bisa menjadi diri sendiri tanpa harus melukai lawan bicaramu seperti ketika curhat dengan teman. Terapis adalah profesional yang telah dilatih untuk mengobati masalah kognitif, emosi, perilaku, dan masalah relasional.
Biaya terapi sangat mahal = MITOS!
Pernah mendengar bahwa menjalani terapi membutuhkan biaya yang cukup mahal? Sekarang, kamu tidak perlu khawatir karena di Indonesia layanan poli jiwa sudah bisa diakses menggunakan BPJS. So, kamu tidak perlu khawatir dengan masalah biaya.
Terapis hanya bisa membantu jika pernah mengalami hal yang sama = MITOS!
“Kamu gak bisa mengerti perasaanku karena kamu belum mengalaminya!” Tak jarang terapis dianggap tidak mampu membantu masalah klien hanya karena mereka belum pernah mengalaminya. Padahal terapis melalui jalur pendidikan formal, terlatih, dan berpengalaman dalam memahami dan menangani masalah klien.
Orang yang menjalani terapi adalah orang yang lemah = MITOS!
Orang yang memiliki hambatan dalam emosi atau kognitif dianggap lemah. Padahal membutuhkan bantuan adalah hal yang wajar. Sama seperti ke sekolah untuk belajar dan mendapat ilmu atau ke dokter agar sembuh dari penyakit fisik. Pergi ke psikolog adalah hal baik karena ingin mendapatkan pertolongan yang tepat dan agar bisa kembali beraktivitas seperti semula. Orang yang mencari bantuan adalah mereka yang hebat karena tidak malu dan ingin menjalani hidup bahagia dan utuh.
Secara umum tiap terapis memiliki pendekatan berbeda, jika tidak nyaman kamu bisa mencari terapis yang lain. Ketahuilah bagaimana cara mendapatkan terapis yang tepat disini. Jika kondisi dirimu mulai tidak nyaman dan mengganggu hubunganmu dengan orang lain, jangan ragu pergi ke psikolog, ya.
Ditulis oleh: Nurul Izzatur R
Sumber:
Djumena, E. (2019). Bpjs kesehatan tanggung perawatan penyakit kejiwaan, diakses dari https://money.kompas.com/read/2019/10/07/063400426/bpjs-kesehatan-tanggung-perawatan-penyakit-kejiwaan?page=all
Tatrakovsky, M. (2018). 9 Myths and facts about therapy, diakses dari https://psychcentral.com/lib/9-myths-and-facts-about-therapy/