Yuk Ketahui 5 Miskonsepsi dan Fakta tentang Fobia

Fobia pasti bukan istilah yang asing untuk Alpas Fellas. Meski begitu, masih ada miskonsepsi terkait fobia. Ketika ada seseorang yang tampak ‘normal’ lalu memiliki fobia, ia mungkin saja dipertanyakan kewarasannya. Di sisi lain, orang terdekat kita kadang menganggap fobia sebagai sesuatu yang remeh dan tidak benar-benar ada. 

Nah, biar tidak salah paham, yuk simak dulu 5 fakta tentang fobia:

 

Kamu “gila” kalau kamu punya fobia 

Kata “gila” memunculkan gambaran gangguan psikologis yang seakan-akan jangka panjang, tidak dapat disembuhkan, atau perilaku yang berpotensi menimbulkan bahaya. Padahal, semua jenis fobia bisa ditangani dengan bantuan dari profesional. Ada berbagai teknik terapi yang berhasil, salah satunya teknik terapi perilaku kognitif (CBT). Selain itu, treatment untuk fobia yang paling singkat dapat berlangsung selama hanya satu hingga tiga sesi. 

 

Fobia CUMA ketakutan yang berlebihan

Seberapa sering orang dengan fobia disuruh untuk “hadapi saja”? Mereka yang tidak pernah punya fobia mungkin merasa sulit untuk memahami teror yang dapat disebabkan oleh fobia.

Fobia membatasi dan mempengaruhi hidup dalam 3 hal:

  • Hubungan pribadi
  • Kemampuan untuk melakukan pekerjaan atau kemampuan belajar
  • Kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang penting, termasuk mandi atau pergi ke suatu tempat

Menghadapi ketakutan biasa dapat dilakukan, tetapi menghadapi fobia dengan sukses biasanya memerlukan bantuan profesional kesehatan mental.

 

Fobia adalah sifat kepribadian

Orang yang meyakini mitos ini berpikir bahwa seseorang tidak akan bisa mengatasi fobia dan menganggap fobia adalah bagian dari kepribadian. Meskipun beberapa fobia memang lebih sulit diobati daripada yang lain, hanya ada sedikit bukti untuk mendukung teori sifat kepribadian ini. Tingkat keberhasilan pengobatan fobia jangka pendek dan jangka panjang sebenarnya sangat tinggi, Fellas!

 

Fobia disebabkan oleh faktor genetik

Ada kebenaran pada mitos ini, meskipun penelitian belum bisa mengambil kesimpulan pasti. Kerabat tingkat pertama (saudara kandung/orangtua/anak) dari mereka yang fobia lebih mungkin untuk mengembangkan fobia, menurut Villafuerte dan Burmeister. Hal ini terutama benar terjadi pada anak kembar.

 

Anak-anak secara otomatis akan mengembangkan fobia milik orangtua

Meskipun ada beberapa bukti bahwa anak-anak lebih mungkin mengembangkan fobia jika orang tua mereka memilikinya, hal ini belum tentu benar. Memiliki satu atau kedua orang tua yang didiagnosis dengan fobia hanyalah salah satu dari banyak faktor risiko. Seseorang dapat mengembangkan fobia karena melihat orang asing mengalami pengalaman buruk, seperti jatuh dari tangga. Melihat sesuatu yang tidak menguntungkan terjadi pada seseorang dalam film juga dapat membuat seseorang mengembangkan fobia. 

Jika kamu memiliki rasa takut yang mempengaruhi  aspek hidupmu, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional ya, Alpas Fellas!

Ditulis oleh: Qurrota Aini

 

Sumber:

Fritscher, L. (2019, September 29). Retrieved from https://www.verywellmind.com/phobia-myths-common-myths-about-phobias-2671705

Write a comment