Apakah kamu pernah merasakan trauma, Fellas? Ada bermacam-macam trauma yang dirasakan oleh individu. Mulai dari trauma karena kejadian bencana alam, pelecehan seksual, hingga kecelakaan lalu lintas. Kesemuanya punya kisah yang mendalam dan menyedihkan. Tidak jarang, bagi mereka yang mengalami, trauma memberi kesan buruk bagi para pejuangnya. Tidak hanya itu, kadang orang lain ikut serta membuat stigma negatif bagi para pejuang trauma. Apakah kamu juga termasuk di dalamnya? Kali ini Alpas akan membahas mitos yang muncul saat mendengar kata trauma. Let’s check this out!
1. Trauma adalah kejadian seumur hidup yang tidak bisa dihilangkan
Awalnya, mereka yang bergelut dengan trauma merasa bahwa mereka tidak akan bisa lepas dari bayangan trauma dan tidak bisa kembali bahagia. Nyatanya, banyak orang-orang yang berjuang melawan trauma dan akhirnya mereka bisa hidup dengan nyaman seperti sebelumnya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita berusaha, kan?
2. Trauma hanya muncul saat ada kejadian yang mengancam keselamatan seseorang
Secara istilah, trauma adalah kejadian yang melibatkan kematian, merasa sangat terancam atau terkena cedera yang berakibat pada psikis. Tapi, trauma secara mendalam artinya adalah “terluka”. Jadi, secara tidak langsung, trauma adalah luka yang menganggu ingatan kita. Baik itu adalah hal yang mengancam atau tidak.
3. Kamu bisa melewati trauma sendirian jika kamu kuat
Michaela Haas (2015) menemukan fakta saat melakukan riset untuk bukunya yang berjudul Bouncing Forward. Ia mengatakan bahwa saat berada di kamp tentara U.S di Philadelphia, tentara disana dilatih untuk mengungkapkan ketakutannya dan memberi tanda untuk meminta pertolongan. Tentunya ini berlaku juga untuk semua orang. Kamu tidak perlu ragu untuk mencari pertolongan, entah melalui bercerita lewat teman atau menghubungi para profesional kesehatan mental.
Tidak menutup kemungkinan, setiap kejadian dapat menimbulkan trauma tanpa melihat siapa orangnya. Semua punya kemungkinan yang sama untuk mengalami trauma. Saat ada keluarga, teman, atau orang lain yang mengalami trauma, alangkah lebih baik untuk membantunya. Bisa dengan hal kecil seperti mendengarkan kegelisahannya tentang trauma yang dialami sampai ikut menemani pergi ke profesional.
Ditulis oleh: Alfira Mentari
Sumber:
Bernhard J. D., T. (2015). Five common misconceptions about trauma. https://www.psychologytoday.com/us/blog/turning-straw-gold/201510/five-common-misconceptions-about-trauma . Ditemu kembali: 12 Februari 2019